Minggu, 28 Februari 2010

Taliban Bertanggung Jawab Atas Serangan Di Kantor Polisi Karak

MIRAMSHAH - Taliban Pakistan pada hari Minggu (28/2) mengklaim bertanggung jawab atas aksi istisyhad di sebuah kantor kepolisian di Karak yang menyebabkan empat orang tewas.

Selain itu, lebih dari 20 orang cedera, yang kebanyakan di antara mereka adalah anggota kepolisian, ketika sebuah mobil pick-up meledak pada hari Sabtu di gerbang kantor polisi di Karak.

"Kami telah melakukannya," juru bicara Taliban, Azam Tariq mengatakan pada AFP melalui telepon.

"Baik kepolisian dan militer, semuanya sama bagi kami. Keduanya adalah musuh kami. Mereka bertanggung jawab atas kebengisan yang telah mereka lakukan pada kami dan rakyat Pakistan. Kami akan terus melakukan serangan serupa melawan mereka."

Karak terletak 150 kilometer (94 mil) sebelah tenggara Peshawar, ibukota Provinsi Batas Barat Laut.

Mesir Ekspor Gas Terang-Terangan Ke Israel

KAIRO - Mahkamah Agung pemerintahan Mesir menyatakan bahwa Mesir secara hukum sah untuk melakukan penjualan gas ke Israel, setelah sebelumnya kasus tersebut hampir kena vonis oleh pengadilan yang lebih rendah.

Namun Mahkamah Agung menyatakan pada hari Sabtu (27/2) bahwa Mesir harus tetap memonitor harga dan jumlah ekspor serta memastikan untuk memprioritaskan kebutuhan energi lokal sebelum melakukan ekspor yang menimbulkan kontroversi publikdi kalangan rakyat Mesir.

Gas Mesir mulai mengalir ke Israel melalui pipa untuk pertama kalinya sejak Mei 2008 di bawah persetujuan yang ditandatangani pada tahun 2005. Perjanjian itu berisi kewajiban Mesir untuk menyediakan 1,7 miliar meter kubik per tahun untuk memenuhi kebutuhan Israel selama lebih dari 20 tahun.

Awal bulan ini, Israel Ampal-American Corp, yang memiliki bunga 12,5 persen di EMG (perusahaan gas Mesir), mengatakan kesepakatan September 2009 untuk meningkatkan pasokan gas hingga 42 miliar meter kubik itu mulai berlaku.  AAIC mengatakan kontrak tersebut bernilai sekitar enam miliar dolar (4,4 miliar euro).

Brutal, Polisi Israel Pukuli Warga Palestina Di Jerusalem

JERUSALEM  - Kepolisian Israel mendesak masuk ke Temple Mount di Yerusalem pada hari Minggu (28/2). Harian Israel Haaretz mengklaim bahwa polisi Israel masuk setelah jamaah Palestina melempari pengunjung di sana.

Menurut Haaretz, polisi Israel memasuki kompleks ketika sekitar 20 orang Palestina melemparkan batu ke arah pengunjung. Kemudian Palestina cepat-cepat berlindung di dalam masjid.

Sumber lokal melaporkan bahwa sejumlah warga Palestina terluka akibat gas air mata selama bentrokan, dan seorang tentara Israel terluka ringan.

Insiden itu terjadi setelah protes pekan lalu di Hebron karena keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memasukkan Cave of The Patriarchs dan Rachel's Tomb, yang terletak di Tepi Barat, ke dalam daftar warisan budaya bangsa Israel.

Ingin Raih Dukungan, NATO Bungkam Warga Sipil Afghan Dengan Dana Kompensasi Kematian

KABUL - Dua puluh klaim kompensasi yang berkaitan dengan pembunuhan warga sipil Afghanistan selama operasi oleh pasukan bersenjata Inggris saat ini sedang diselidiki oleh Departemen Pertahanan.
Beberapa waktu lalu, Inggris telah membayar rata-rata £ 7.300 untuk setiap kematian warga sipil dalam perang, meskipun data menunjukkan bahwa kompensasi yang dibayar untuk tahun yang berakhir April 2009 kemarin hanya £ 2.900.

Masalah kompensasi bagi korban sipil saat ini telah menjadi agenda politik terpenting seiring dengan kepentingan NATO untuk memperoleh peningkatan dukungan dari penduduk Afghan. Sejumlah pejabat sudah bernegosiasi untuk membentuk sistem standar pembayaran kompensasi di antara negara-negara anggota yang beroperasi di Afghanistan.

Sarah Holewinski, direktur eksekutif Civic (Kampanye untuk Korban Konflik), berkata: "Kami telah bekerja untuk mendapatkan sistem yang seragam yang akan mengatur selama empat tahun dari sekarang, dan kami berharap bahwa bangsa-bangsa anggota NATO siap untuk mewujudkan hal ini."

Inggris masih menawarkan salah satu skema yang paling 'murah hati' untuk warga sipil Afghanistan. Amerika Serikat, misalnya, membayar "belasungkawa" dengan £ 1.660 untuk korban sipil, sementara Jerman memilih untuk sistem bantuan masyarakat daripada pembayaran kepada perorangan.

Guardian.co.uk melansir pembayaran serupa telah dilakukan terhadap para keluarga dari 12 warga Afghanistan yang tewas dalam serangan roket Amerika Serikat di bagian selatan negara itu dua minggu lalu, sebagai salah satu wujud baru NATO untuk menebus kesalahan.

Holewinski berkata: "Ada tanda-tanda bahwa mereka (NATO) semakin mengakui bahwa pihaknya harus 'menghargai' dan mengakui keberadaan warga sipil."

Selama satu tahun hingga April 2008, MoD membayar £ 73,000 untuk kematian 10 warga sipil Afghanistan. Tahun berikutnya, (hingga April 2009) Inggris hanya membayar £ 32.000 untuk mengkompensasi keluarga dari 11 warga Afghanistan yang tewas. Kecenderungan itu juga tercermin dalam ukuran pembayaran kepada warga sipil Afghanistan yang telah terluka.

Selama periode April 2008 dan 2009, terdapat jumlah klaim yang diajukan oleh warga sipil Afghanistan sebanyak 2.120. Dari jumlah tersebut, hanya 736 kasus yang telah diberi ganti rugi dengan dana kompensasi mulai dari £ 18 hingga £ 9.500.

Juru bicara Kementrian Pertahanan Inggris mengatakan: "Kami punya prosedur yang ketat, yang sering diperbarui berdasarkan pengalaman di lapangan, yang tentu saja dimaksudkan untuk meminimalkan risiko jatuhnya kembali korban dan dilakukannya penyelidikan atas setiap insiden. Klaim kompensasi diajukan terhadap Departemen Pertahanan sebagai bagian dari dasar pertimbangan ISAF apakah departemen ini memiliki kewajiban hukum untuk membayar kompensasi. Dan ketika ada tanggung jawab hukum yang sudah terbukti, maka kompensasi harus dibayarkan."

Nader Nadery, komisaris Komisi Independen Hak Asasi Manusia di Afghanistan, mengatakan: "Setelah kematian warga sipil, serangan malam pun telah menjadi masalah terbesar kedua bagi warga Afghan."

Penyelidikan terhadap serangan NATO satu malam di distrik Narang, timur Afghanistan, di mana delapan anak laki-laki dari satu keluarga tewas beberapa waktu lalu, masih terus dilanjutkan. Dan para pejabat NATO tetap berkilah bahwa serangan itu dilakukan karena info dari sumber intelijen yang salah.

Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Open Society Institute yang berbasis di New York, telah mengidentifikasi 98 warga sipil yang tewas dalam serangan malam pada tahun 2009. Laporan ini juga ditandai gambaran perlakuan buruk dan agresif dari pasukan NATO.

"Afghan memberikan pernyataan bahwa pasukan internasional merobek atau memotong Al-Qur'an dengan kapak, mengambil perempuan pergi dengan helikopter dan mengembalikan mereka dalam keadaan telah meninggal, dan menembak bayi atau anak-anak pada jarak dekat," sebagaimana dilaporkan oleh Open Society Institute.

Meskipun McChrystal telah mengklaim memusatkan strategi militer saat ini untuk mengurangi korban sipil, namun jumlah korban sipil terus membengkak. Minggu terakhir sebuah serangan udara NATO menewaskan 27 warga sipil, termasuk beberapa perempuan dan anak-anak, di provinsi Uruzgan, Afghanistan selatan.

Cium Sayang yang Tinggal Kenangan

Nejoud Al-Ashqar adalah seorang ibu berusia 30 tahun. Ia tinggal di kota Beit Lahiya, sebelah utara wilayah Jalur Gaza. Dua orang putranya, Bilal, 5, dan Mohammad, 6, terbunuh dalam serangan Israel ke Jalur Gaza Januari tahun lalu. Tidak hanya itu, Al-Ashqar juga kehilangan lengan kanannya.


Dikelilingi oleh para tetangga, putra bungsu dan putrinya, ia mencoba mengenang peristiwa memilukan itu. "Saya ingat, pesawat-pesawat tempur Israel menyebarkan selebaran di daerah kami, memerintahkan para penduduk untuk pergi menjauh. Saya sangat khawatir akan anak-anak. Kami kemudian meninggalkan rumah menuju sekolah UNRWA (Badan PBB untuk pengungsi Palestina) untuk mengungsi," cerita Al-Ashqar.

"Kami menginap di sekolah sepanjang malam awal bulan Januari, di tengah-tengah pemboman oleh Israel. Rasa takut yang amat sangat menyusup ke dalam hati kami. Saya hanya memikirkan bagaimana caranya melindungi anak-anak, karena banyak puing-puing tajam beterbangan di sekitar kami. Saya berusaha menutupi wajah mereka dengan selimut, takut kalau-kalau serpihan tajam melukai mereka."

Sekolah UNWRA tempat keluarga Al-Ashqar berlindung, pagi esok harinya dibom Israel. "Saya mendengar orang-orang yang berada di dekat saya berteriak 'Ambulan, ambulan!' Saya lantas tersadar  bahwa wajah saya berlumuran darah. Saya mulai berteriak memanggil nama anak-anak saya."

Kepala dan lengan Al-Ashqar terluka parah akibat serangan yang dilakukan Israel. Ia segera dilarikan ke rumah sakit di Gaza. Namun karena kondisinya parah, Al-Ashqar lantas dipindah ke sebuah rumah sakit di Mesir.

"Di rumah sakit di Kairo, saya berada dalam ruang perawatan intensif selama 20 hari, dalam keadaan tidak mengetahui apa yang terjadi di sekeliling saya. Selama berada di sana, mereka tidak memberitahu keadaan kedua putra saya, karena khawatir dengan keadaan jiwa saya,"  katanya diliputi emosi.

"Setelah kembali dari Kairo, saya diberitahu mengenai kematian putra-putra saya, dan sejak itu saya banyak melewati malam tanpa tidur. Setiap malam bersama suami yang tidak bisa mendengar, saya memandangi foto mereka yang terletak di rak dalam kamar. Dan saya banyak membaca Al-Quran."

"Andai saja saya tahu Bilal akan meninggalkan saya, andai saya tahu! Bilal biasanya meminta uang satu shekel (0,25 dollar) untuk sekolah. Tapi kadang saya tidak bisa memberikannya, karena keadaan keuangan kami yang buruk. Pada hari-hari di mana saya tidak mampu memberinya uang, saya selalu berjanji esok hari akan memberinya uang. Andai saya bisa memberinya seluruh uang shekel yang ada di dunia!" katanya penuh duka.

Madline--saudara perempuan Bilal dan Mohammad--bertanya, "Sekarang saya bisa bermain dengan siapa?"

Ia berdiri di pojok kamar saudara-saudaranya yang kini terbengkalai. "Saya biasa bermain dengan Bilal dan Mohammad di taman dan di kamar ini," ujarnya.

Sepupu Madline yang berusia 15 tahun, Mahmoud, menceritakan bahwa keluarga mereka biasa pergi ke pantai bersama.

"Bilal dan Mohammad adalah sepupu saya, meskipun demikian mereka saya anggap seperti adik sendiri. Mereka sangat lucu, lincah dan kami senang pergi ke pantai. Sejak mereka terbunuh, saya tidak lagi pergi ke pantai. Keluarga kami sudah kehilangan semangat untuk bersenang-senang."

Sambil mendekap foto Mohammad, Al-Ashqar berkata, "Setiap malam, saya memeluk foto-foto mereka dan menciumnya sebelum tidur. Seperti yang dulu biasa saya lakukan ketika mereka masih hidup."

Sabtu, 27 Februari 2010

Operasi Syahid Kembali Guncang Jantung Afghanistan


Kabul - Sedikitnya 17 tentara boneka dan beberapa tamu asing tewas dan 32 lainnya mengalami luka-luka ketika beberapa mujahid melakukan operasi martir yang menyerang sebuah hotel ternama yang biasa dikunjungi tamu-tamu asing.
Imarah Islam Afghanistan telah mengklaim bertanggungjawab atas serangan yang terjadi kemarin (26/2), serangan mematikan yang kembali mengguncang Kabul.

Seorang berkewarganegaraan Italia dan seorang Perancis termasuk dalam korban tewas.

Ledakan pertama terjadi pada pukul 06.45 waktu setempat di dekat pusat Kabul, pusat perbelanjaan terkemuka yang berdekatan dengan Hotel Safi Landmark.

Serangan pertama kemudian diikuti dengan tembakan dari mujahidin dan dua ledakan bom kecil.

Polisi boneka Afghan mengatakan bahwa dua polisi tewas dalam serangan ini.

Harian Reuters mengutip perkataan Zabiullah Mujahid, jurubicara Imarah Islam Afghanistan mengatakan, "perang suci (jihad) telah memasuki jantung Afghanistan, kota Kabul."

Mujahid menambahkan sedikitnya lima mujahid Imarah Islam Afghanistan melancarkan aksi ini, dua diantaranya syahid (Insha Allah), yang meledakkan diri di dekat hotel dan pusat perbelanjaan.

Namun kepolisian boneka Afghanistan mengklaim hanya 3 dari personilnya yang tewas dalam serangan kali ini.

Koresponden Al-Jazeera di Kabul, Hoa Abdel-Hamid mengatakan "ledakan dan suara tembakan terdengar di Kabul pagi ini."

"Saat NATO berusaha menekan Taliban, serangan-serangan seperti ini akan meningkat," imbuhnya.

"Serangan seperti ini membawa pesan bahwa tidak ada orang asing yang aman di Afghanistan, bahkan di kota Kabul yang diklaim memiliki tingkat keamanan paling baik," lanjutnya. 

Jumat, 26 Februari 2010

Pasukan Israel Lukai Sejumlah Pemuda Palestina di Al Khalil


Beberapa orang Palestina terluka buntuk bentrokan antara penduduk Palestina dengan militer Israel di selatan Tepi Barat, tepatnya di kota AL Khalil, Kamis 25 Februari. Bentrokan ini dipicu keputusan pencatutan 2 masjid bersejarah di Tepi Barat menjadi warisan budaya Yahudi.
Pasukan Israel menembakkan gas air mata kepada para pengunjuk rasa yang bersenjatakan batu. Protes terjadi di daerah Jabal Jaouhar, alaun-alaun Tareq bin Ziyad dan dikrit At Takruti di selatan kota Al Khalil.
Pasukan penjajah Israel memukul para pengunjuk rasa dengan pentungan dan menangkap 2 pemuda Palestina. Menurut keterangan pejabat zionis Yahudi, penangkapan tersebut dilakukan dalam bentrokan yang terjadi di Hebron karena unjuk rasa yang 'ilegal'.
Pemerintah Palestina menyerukan kepada komunitas internasional untuk menekan Israel karena mencaplok  2 masjid bersejarah di Tepi Barat sebagai warisan budaya Yahudi yang akan segera direnovasi.
Sebelumnya Perdana Mentri Hamas Ismail Haniyah menyerukan kepada penduduk Palestina yang berada di Tepi Barat untuk 'bangkit' melawan rencana Israel menjarah 2 masjid bersejarah di wilayah Palestina, Selasa 23 Februari.
Pada hari Ahad, PM Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa 2 masjid di Hebron dan Al Quds merupakan bagian dari warisan budaya Yahudi yang akan direstorasi ulang. Dia menganggap ke dua masjid tersebut merupakan bekas dari kuburan Rachel dan Patriarchs.

"Keputusan (Netanyahu) memerlukan respon di Tepi Barat dan rakyat harus bangkit untuk menghadapi pendudukan Israel dan mematahkan belenggu dalam menghadapinya," tutur Usmail Haniyah kepada para wartawan.

"Proyek tersebut bertujuan untuk menghilangkan identitas kita, menghilangkan monumen Islam dan mencuri sejarah kita," tambahnya.

Sebelumnya Hamas pernah menyerukan seruan intifadhah/perlawanan bagi penduduk Palestina di Tepi Barat sejak kelompok pejuang tersebut berhasil menguasai jalur Gaza.

Taliban Klaim Tanggung Jawab Bom Kabul Hari Ini

KABUL - Taliban mengklaim bertanggungjawab atas serangan mematikan yang menewaskan 10 orang dijantung kota Kabul.


Jubir Taliban Zabihuallah Mujahid pada Jum'at ini mengatakan bahwa lima pejuangnya melakukan aksi bom pada dua gedung yang biasa digunakan orang-orang asing.

Kepala polisi Gulam Mustafa di TKP mengatakan bahwa mengira jika dua hotel atau tempat singgah yang biasa digunakan pekerja asing di Afghanistan yang menjadi target serangan tersebut.

Warga disekitar hotel tersebut kepada AP mengatakan bahwa orang-orang India juga tinggal di hotel tersebut. Kepala rumah sakit Kabul Sayed Kabir Amiry mengatakan 32 orang lainnya turut terluka.

Berita Selengkapnya:

Dua aksi bom terjadi di jantung kota Kabul hari Jum'at, ledakan ini memicu ledakan lain dan baku tembak yang menewaskan paling tidak tujuh orang didekat hotel dan rumah singgal yang biasa digunakan warga asing, kata polisi dan saksi mata.

Saksi mata mengatakan ledakan tersebut meninggalkan bekas kawah selebar 3 kaki (1 meter) dalamnya didepan hotel. Rumah singgah lainnya juga rusak parah, jendela-jendela dihotel tersebut hancur semua.

Setelah lebih dari dua jam dari ledakan pertama, baku tembak terdengar disekitar hotel tersebut. Polisi dengan menggunakan masker gas berusaha melemparkan granat asap ke tempat yang diduga para penyerang bersembunyi di basement gedung.

Paling tidak dua polisi turut tewas dalam ledakan didepan hotel dekat Kabul City Center, di tempat perbelanjaan termasuk Safi Landmark Hotel, kata Abdul Ghafor Sayedzada, kepala bagian investigasi kepolisian Kabul.

"Saya melihat orang-orang asing menangis dan berteriak-teriak," kata Najibullah 25 tahun pekerja hotel yang melarikan diri dari hotel hanya menggunakan pakaian dalamnya saat ia mendengar ledakan pertama. Najibullah yang wajah dan tangannya berlumuran darah mengatakan dua bom meledak di hotel tersebut, ia mengatakan melihat sendiri saat penyerang meledakkan dirinya.

Asap besar hitam membumbung diatas tempat tersebut setelah ledakan. Sebuah gedung didepan hotel bintang empat tersebut kemudian terbakar, letaknya berdekatan dengan gedung pemerintahan.

Ini adalah serangan pertama di Afghanistan sejak 18 Januari lalu ketika satu tim penyerang dengan bom dan senjata api menyerbu gedung pemerintah dan menewaskan 12 orang.

Juga, pada 15 Desember sebuah bom mobil meledak didekat hotel yang biasa digunakan warga asing, ledakan ini menewaskan 8 orang. Pada 28 Oktober, pria bersenjata dengan menggunakan bom rompi menyerang sebuah tempat peristrirahatan, menewaskan 11 orang termasuk 5 staff PBB.

Belasan Tentara Kafir AS Tewas Bersama Hancurnya Tank-tank Mereka di Marjah

MARJAH - Mujahid-mujahid Imarah Islam Afghanistan melaporkan dari helmand bahwa belasan tentara kafir AS tewas bersamaan dengan hancurnya 7 tank mereka dalam beberapa serangan terpisah di kota Marjah akibat ledakan bom tepi jalan sepanjang hari Kamis (25/2) kemarin.

Peristiwa pertama, sebuah tank berhasil dihancurkan akibat terhantam ledakan bom ranjau di daerah Seh Patang dan Sefen di Marjah, tank tersebut hancur sempurna dan dapat dipastikan seluruh tentara kafir yang berada di dalamnya tewas di tempat, namun tidak diketahui jumlah pasti dari mereka yang tewas.

Beberapa waktu kemudian pada tengah hari, empat tank kembali hancur juga oleh ledakan bom tepi jalan di daerah Sistani.  Laporan mengindikasikan belasan tentara AS tewas dan terluka sepajang satu hari kemarin akibat ledakan bom tepi jalan.

Di pagi hari, dua tank hancur bersamaan juga diakibatkan ledakan bom tepi jalan.

Ini merupakan jawaban untuk klaim militer musuh yang menyatakan telah berhasil mengambil alih Marjah dan mengibarkan bendera Afghanistan di wilayah tersebut.  Klaim mereka tidak lebih dari propaganda murahan dan rumor yang dibuat untuk membohongi publik.  Fakta sebenarnya, hingga hari ini mujahidin Imarah Islam Afghanistan masih memegang tonggak kekuatan mereka di wilayah Marjah termasuk di wilayah pusat Marjah, Laisa.